Halsel. Dodominews.com – Di hari yang sarat makna, tatkala bangsa ini mengenang kesaktian Pancasila, suara-suara kecil dari pelosok Halmahera Selatan bangkit dalam untaian aksara dan tutur bahasa ibu. Di bawah langit Labuha yang teduh, sebuah panggung peradaban dibuka: Festival Tunas Bahasa Ibu resmi digelar, mengusung tema “Menumbuhkan Semangat Pancasila Melalui Literasi, Membaca, Menulis, dan Berkarya untuk Indonesia Maju.” pada Rabu 22 Oktober 2025.
Diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Halmahera Selatan, Forum Taman Bacaan Masyarakat Halsel, dan Balai Bahasa Provinsi Maluku Utara, festival ini bukan sekadar lomba. Ia adalah lentera menyalakan kembali kecintaan terhadap bahasa ibu: Bahasa Bacan, Makean Dalam, dan Makean Luar.
Kegiatan yang dibuka ini adalah Bunda Literasi Halmahera Selatan, Rifa’at Al Sa’adah Bassam. Dalam Berbagainya yang syahdu namun penuh semangat, beliau mewujudkan bahwa bahasa ibu bukan hanya warisan, melainkan nadi yang mengikat jati diri.
“Bahasa ibu harus kita cintai. Kita wujudkan cintanya melalui kegiatan, melalui lisan yang terus menyebutkannya setiap saat, tanpa malu, tanpa alpa,” ucapnya.
Tak hanya itu, beliau juga menyingkapkan secercah harapan baru: akan hadir kamus perdana bahasa Bacan, Makean Dalam, dan Makean Luar – sebuah langkah monumental dalam pelestarian bahasa daerah yang nyaris kehilangan suara.
Di tengah tantangan zaman, literasi dianggap sebagai pagar hidup. Oleh karena itu, Bunda Literasi menekankan pentingnya membumikan literasi dengan cara yang paling membumi: membangun perpustakaan di setiap sudut desa.
“Perlombaan ini bukan sekedar kompetisi. Ia adalah wujud nyata bagaimana kita mewariskan bahasa dan literasi pada generasi penerus bangsa. Ini adalah ikhtiar panjang yang dimulai dari kata, lalu menjelma menjadi karya,” tutur beliau
Ia melanjutkan, Festival ruang menjadi di mana anak-anak tak hanya berlomba, tapi juga belajar mencintai akar. Di panggung ini, bahasa ibu tidak hanya didengar tapi dirayakan. Ia hidup kembali dalam deklamasi, dalam cerita rakyat, dalam tulisan-tulisan kecil yang menyimpan makna besar.
Dengan festival ini, Halmahera Selatan tidak hanya ikut serta dalam gerakan literasi nasional. Ia malah memimpin menunjukkan bahwa dari daerah yang jauh, suara-suara kecil bisa menjadi gema besar untuk masa depan bangsa. Bahasa ibu adalah pusaka. Dan seperti semua pusaka, ia harus dijaga, dituturkan, ditulis, dan diwariskan. Karena dari lidah ibu, kita mengenal dunia. Dari bahasa daerah, kita mengenali diri kita sendiri. Pungkas bunda literasi. (Redaksi/Rodi).

